Rabu, 21 Oktober 2009

about cocon

SOBAT percil hafal lagu pendek di atas? Tahukah sobat percil jika lagu tersebut adalah sebuah rangkaian metamorfosis (proses perubahan bentuk) dari ulat menjadi kupu-kupu? Tetapi nyanyian tadi biasanya digunakankan untuk mengejek teman kan? Nah, daripada mengejek teman, lebih baik ikut berpetualang ke tempat ulat sutra yuk, seperti yang dilakukan oleh teman-teman kita dari klub Planet Sains.

Hari Minggu lalu (29/6), 56 orang teman kita mengikuti petualangan seru mengenal ulat sutra di wisata alam Padepokan Dayang Sumbi, Jalan Arcamanik, Desa Pamoyanan Kec. Cimenyan Kab. Bandung. Ternyata, ulat sutra itu banyak manfaatnya bagi manusia. Mulai dari kokon (kepompong) sampai kotorannya pun ada gunanya.

Sobat percil tahu kan kain sutra? Kalau tidak, coba tanya bunda, pasti mereka mengenal jenis kain sutra. Kain yang halus dan lembut itu dihasilkan oleh "muntahan" ulat sutra selama dua hari satu malam. Muntahan ini kemudian akan membungkus badan ulat menjadi sebuah kokon atau kepompong. Kokon ini amat berjasa bagi para perajin sutra. Dari kokon inilah benang sutra dipintal lalu ditenun menjadi kain.

Banyak orang yang tidak mau dekat-dekat dengan hewan kecil ini. Contohnya Viara, salah seorang peserta wisata alam. Padahal Viara badannya lebih besar dari ulat dan juga sudah duduk di kelas 2 SMP namun tetap saja jijik dengan ulat. "Habisnya geli dan takut aja kalo mau dekat-dekat," ujarnya sedikit ketakutan.

Hmm, sobat Percil, ulat sutra itu tidak berbahaya lho! Badannya saja tidak memiliki rambut-rambut halus (bulu) yang biasanya membuat gatal seperti ulat lainnya. Terlebih nama latin ulat ini terdengar lucu, Bombyx mori. Itu sesuai dengan bentuk badannya yang gemuk, lebih menarik lagi jika si ulat sedang menggeliat-geliatseperti yang ingin dimanja. Bahkan menurut pemilik padepokan, Pak Dedi, ada juga orang yang sengaja mencari ulat ini untuk dipelihara.

Ulat sutra yang dikembangbiakkan di padepokan ini berasal dari ras Jepang. "Cirinya adalah, ada dua tato khas di bagian anterior (kepala)," kata Pak Dedi. Satu kokon ulat sutra ras Jepang dapat menghasilkan benang sutra sepanjang 1.600 meter. Selain itu, ulat ini memiliki kamuflase pertahanan diri berupa sepasang organ yang mirip mata dan sebuah antena runcing di bagian ekornya. Mata dan mulut ulat yang sebenarnya berbentuk sangat kecil hingga tak bisa langsung terlihat. Antena runcing itu hanya tipuan sebab bertekstur lembut sehingga tidak membahayakan. Kedua alat pertahanan itu digunakan ulat untuk bertahan dari serangan mangsa.

Seorang peserta dari Jakarta, Abi berkata, "Sebelumnya aku takut sama ulat. Enggak berani nyentuh, tapi setelah liat ulat sutra, aku sekarang berani megang." Saking senangnya sudah tak takut lagi dengan ulat, Abi bahkan sampai mencium-cium badan ulat. Wah, Abi berlebihan ya? Sobat percil lainnya tidak usah mengikuti seperti Abi, karena ulat sutra kan tidak pernah mandi jadi pasti banyak kumannya.

Setiap kali membiakkan, Pak Dedi menaruh 25.000 butir telur ulat di dalam sebuah ruangan khusus. Telur ulat sutra kecil sekali, berukuran sekitar 0,4 cm. Setelah 10-12 hari, telur-telur itu akan menetas menjadi ulat kecil. Badan ulat ini akan semakin besar dalam lima tahap sebelum kulitnya berubah transparan untuk membuat kokon.

Kelima tahapan ini digunakan ulat sutra untuk makan sebanyak-banyaknya. Ternyata ulat sutra makannya banyak lho! dalam satu hari, Pak Dedi membutuhkan 18 karung daun murbei untuk memberi makan ulat-ulat sutranya. Ulat sutra ini juga hanya mau makan daun murbei, makanan lainnya dia tidak mau. Meski makannya banyak, ketika membuat kokon ulat sutra sama sekali tidak makan alias berpuasa. Kokon itu berisi ulat yang sedang berubah menjadi pupa, 11 hari kemudian pupa menjadi kupu-kupu.

Nah, jika ingin memintal benang sutra, kokon jangan sampai dibiarkan hingga keluar kupu-kupu dari dalamnya. Kokon yang sudah keluar kupu-kupu tidak akan bagus lagi untuk dibuat benang. "Karena akan membuat benangnya terputus-putus," kata Pak Dedi.

Kokon yang sudah dipilih lalu direbus 5-10 menit untuk melunturkan zat perekat kokon. Setelah itu, ambil ujung benang yg melilit kokon lalu taruh di sebuah mesin pemintal. Setelah dipintal, benang digulung sambil dikeringkan, kemudian dikemas untuk dijual.

Jika tidak untuk dijual, benang lalu ditaruh di alat tenun untuk membuat kain sutra. Prosesnya memang rumit sobat Percil, tapi tidak sia-sia karena kain sutra bisa berharga sangat mahal.

Nah, selain benang sutra, manfaat yang diberikan ulat ini adalah pupanya dibuat hiasan, biasanya dicampur dengan resin. Lalu, selaput kokonnya dibuat kertas sutra sedangkan kotorannya oleh orang-orang sekitar biasa digunakan sebagai obat jerawat.

Selain melihat proses pembuatan kain sutra, teman-teman kita dari Planet Sains juga melakukan kegiatan outbound lainnya, seperti menangkap serangga dengan menggunakan insect net, bermain dengan kelinci, membuat prakarya dari kokon, lomba menangkap ikan, eksperimen sains sederhana, dan membuat resin atau awetan serangga.

"Aku senang sekali bisa ikutan ke sini. Seru! Waktu nangkep serangga sih susah, tapi aku dibantu Kak Fitria jadi akhirnya aku dapet serangga deh," kata Zahra (10) yang berasal dari SD Global Jakarta kelas 4. Ternyata, peserta petualangan seru kali itu juga diikuti oleh banyak peserta dari luar Bandung. "Kebanyakan sih dari Jakarta, tapi ada juga yang dari Balikpapan bahkan Riau," ujar Kak Fitria, pembimbing petualangan dari Planet Sains.

Itu tadi cerita Zahra yang baru pertama kali ikut acara Planet Sains. Lain lagi dengan Fero (7). Fero masih didampingi orang tuanya. Menurut Kak Fitria, sebaiknya jika ikut acara seperti ini tidak usah bersama orang tua. Karena kegiatan seperti ini akan menguji kemandirian sobat percil semua. Bahkan peserta termuda, Fikri dan Jasmine, sudah berani sendiri.,

Nah sobat percil, sekarang kan sedang liburan. Jika sobat Percil sudah bosan berlibur ke mal atau main PS2 di rumah, ada baiknya sobat percil mengikuti kegiatan seperti ini. Selain seru, kegiatan ini juga bermanfaat banyak karena menambah pengetahuan tentang ilmu alam. (Kak Eva)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar