Senin, 26 Oktober 2009

sanitasi ruang pemeliharaan dan kebun untuk ulat sutera

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persuteraan alam adalah kegiatan agro-industri yang meliputi pembibitan ulat sutera, budidaya tanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, pemintalan benang, pertenunan, pembatikan/ pencelupan/ pencapan/ penyempurnaan, garmen dan pembuatan barang jadi lain termasuk pemasarannya. Pengembangan persuteraan alam pada tingkat hulu diarahkan pada pemanfaatan lahan produktif, lahan kritis (murbei sebagai tanaman konservasi tanah dan air) dan lahan yang belum dimanfaatkan secara komersial, baik milik masyarakat maupun pemerintah. Dalam budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera diperlukan dukungan sarana dengan teknologi tepat guna agar menghasilkan kokon berkualitas tinggi sehingga

mampu menghasilkan benang sutera bermutu tinggi pula.

Kegiatan persuteraan alam bersifat padat karya yaitu menyerap tenaga kerja banyak dan dapat dilakukan oleh laki-laki, perempuan, dewasa maupun anak-anak. Selain itu alam dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat dan menggerakan ekonomi kerakyatan di pedesaan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan di pedesaan.

Pengembangan persuteraan alam penting dilakukan karena :

1. Memiliki backward-lingkages dan forward-lingkages yang cukup panjang,

2. Menyerap tenaga kerja terdidik maupun kurang terdidik untuk budidaya tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera hingga industri pengolahan (pemintalan, pertenunan pembatikan, pencelupan, pencapan, penyempurnaan dnan garmen), promosi, pemasaran dan pasca penjualan

3.Menghasilkan nilai tambah tinggi dengan rantai nilai yang panjang mulai dari kegiatan di bagian hulu hinggi hilir

4. Meningkatkan pendapatan daerah dan devisa

5. Melibatkan berbagai instansi terkait, pelaku usaha dan masyarakat luas.

Budidaya tanaman murbei merupakan dasar dari persuteraan alam, karena budidaya murbei menghasilkan pakan ulat sutera. Budidaya tanaman murbei merupakan kegiatan usaha dari mulai pembibitan, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen tanaman murbei yang dilakukan secara intensif dengan memperhatikan konservasi tanah dan air. Tujuannya adalah memproduksi daun murbei untuk pakan ulat sutera dengan produksi daun banyak dan kualitas nutrisi/ gizi tinggi. Sistem penanaman yang dilakukan monokultur atau polikultur/ tumpang sari

Kondisi Pertanaman Murbei di lapangan antara lain :Tanaman kurang perawatan, Produksi daun rendah, dan Kualitas daun kurang optimal, sedangtkan potensinya

antara lain : Tanaman murbei harus dipelihara secara intensif, Produksi\daun mampu mencapai 2 – 3 kg/tanaman/ pangkasan dan Kualitas daun baik. Tanaman murbei jika dibudidayakan tidak intensif maka produksi dan kualitas daun murbei kurang optimal, perkembangan tanaman lambat, kapasitas pemeliharaan ulat sedikit dan produksi dan kualitas kokon kurang.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha persuteraan alam salah satunya budidaya murbei. Budidaya murbei menghasilkan pakan yang mempen

garuhi 38,2 % keberhasilan usaha pemeliharaan ulat sutera selain jenis ulat 4,2%, klimat: 37,0%, kualitas telur: 3,1%, teknik pemeliharaan ulat: 9,3% dan faktor lain: 8,2%

1.2. Masalah dalam Sanitasi Murbei

Dalam budidaya tanaman murbei di Indonesia terdapat beberapa masalah antara lain :

Budidaya tanaman murbei sebagai sumber pakan ulat

sutera belum dilakukan secara intensif

Budidaya tanaman murbei dilakukan sebagai usaha sampingan

Jenis murbei yang ditanam belum seluruhnya unggul

• Produktivitas dan kualitas daun murbei sebagai pakan ulat sutera masih rendah

• Bibit yang digunakan tidak jelas kualitasnya

• Lokasi penanaman kurang sesuai

• Lahan kekurangan air/ tadah hujan

• Kualitas tanaman kurang baik

1.3. Tujuan Sanitasi Murbei Dan Ruang Pemeliharaan

• Meningkatkan produktivitas tanaman agar/pakan ulat sutera tersedia secara rutin

• Meningkatkan kualitas pakan ulat sutera

• Meningkatkan pendapatan petani

1.4. Sasaran

• Persediaan pakan ulat sutera banyak

• Daun/ pakan berkualitas

• Kandungan nutrisi/ protein tinggi

• Umur daun cukup

1.5. Prinsip Budidaya Murbei

• Menggunakan bibit bermutu

• Pengolahan tanah yang baik

• Pengairan yang cukup

• Pemupukan yang efektif dan efisien

• Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu

• Panen

• Pasca Panen

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Tanaman Murbei

Tanaman Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m diatas ppermukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman ini mempunyai banyak jenis. Tinggi pohon sekitar 9 m. dan mempunyai percabangan banyak. Daun tunggal, letak berseling dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai daun bulat telur, berjari atau berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi dan warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, warnanya putih. Ukuran dan bentuk buah tergantung kepada jenis murbei. Juga warna buah ada yang putih, putih kemerahan, ungu atau ungu tua sampai hitam. Di India utara murbei dibiarkan tumbuh sebagai pohon di belakang rumah dengan tujuan untuk buah yang enak dan harum.

Tanaman murbei disamping sebagai pakan ulat sutera juga sebagai tanaman konservasi tanah dan penghijauan. Tanaman ini sudah lama dikenal di Indonesia dan mempunyai banyak nama antara lain : Besaran (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Kertu ( Sumatra Utara), Gertu (Sulawesi) Kitaoc (Sumatra Selatan), Kitau (Lampung), Ambatuah (Tanah Karo), Moerbei (Belanda), Mulberry (Inggris), Gelsa (Italia) dan Murles (Perancis).

Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai bahan obat-obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat tersebut terdapat dalam berbagai bagian tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit.

Daun rasanya pahit, manis, dingin dan masuk kedalam meridian paru dan hati. Khasiatnya sebagai peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), eluruh kencing (diuretik ), mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan memperjelas penglihatan.

Buah rasanya manis, dingin dan masuk ke dalam meridian jantung, hati dan ginjal. Fungsinya memelihara darah, ginjal, diuretik, peluruh dahak (ekspektoran), hipotensif, penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah dan efek tonik pada jantung.

Kulit akar rasanya manis, sejuk dan masuk ke dalam meridian paru. Khasiatnya sebagai antiasmatik, ekspektoran, diuretik dan menghilangkan bengkak (detumescent).

Ranting rasanya pahit, netral dan masuk ke dalam meridian hati.. Khasiatnya sebagai karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik dan merangsang pembentukan kolateral.

a. Bentuk Tanaman

Tanaman murbei berbentuk semak/ perdu, tingginya dapat mencapai 5 m – 6 m, tetapi bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 20 m – 25 m.

b. Batang

Batang tanaman murbei warnanya bermacam-macam, tergantung speciesnya, yaitu hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Percabangannya banyak dengan arah dapat tegak, mendatar dan menggantung. Batang, cabang dan ranting tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat.

c. Daun

Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam, tergantung jenis dan varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, ada yang berlekuk dan tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi dengan ujung daun meruncing atau membulat. Permukaan daun ada halus mengkilap, ada juga yang kasab dan agak kasab.

d. Bunga dan Buah

Bunga murbei berumah satu (monoecious) atau dua (dioecious). Bunga jantan dan betina masing-masing tersusun dalam untaian terpisah.

Buah murbei merupakan buah majemuk yang berwarna hijau pada waktu muda, berwarna kuning kemerahan pada waktu agak tua dan merah sampai ungu kehitaman jika sudah tua.

e. Akar

Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal dari stek perakarannya mampu tumbuh ke bawah mirip dengan akar tunggang hingga mencapai ke dalaman 10 cm – 15 cm dari permukaan tanah, sedangkan akar tanaman murbei yang berumur tua mampu menembus ke dalaman lebih dari 300 cm

2.2 Sistematika Tanaman Murbei

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Urticalis

Famili : Moraceae

Genus : Morus

Species : Morus sp.

2.2.1. Varietas Murbei

Di Indonesia ada kira-kira 100 lebih jenis/ varietas murbei, tetapi yang dikenal ada 6 jenis yaitu :

· Morus cathayana

· Morus alba

· Morus multicaulis

· Morus nigra

· Morus australis

· Morus macruora

Dari keenam jenis tersebut, jenis yang dianjurkan ditanam karena keunggulannya, baik produktivitas maupun kualitas daunnya adalah Morus cathayana, Morus alba, Morus multicaulis, Morus kanva (dari India), SHA 4 X LUN 109 (Cina), Morus multicaulis (Cina`2) dan Morus alba (Calafat). Jenis-jenis tersebut sudah beradaptasi cukup baik dengan kondisi lingkungan di Indonesia

2.2.2. Beberapa Varietas Tanaman Murbei

Beberapa varietas tanaman murbei yang tumbuh dan berkembang dengan baik di Jawa Barat disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Varietas Tanaman Murbei di Jawa Barat

No

Varietas

Species

Negeri asal

Tinggi dpl

1

Kanva-2

M. bombycis

India

400 -1200

2

Cathayana

M. alba

Jepang

200 - 500

3

Multicaulis

M. multicaulis

Jepang

700 - 1200

4

Lembang

M. bombycis

Indonesia

200 - 500

5

Khunpai

M. bombycis

Tailand

200 - 500

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sanitasi Kebun

Kegiatan ini bertujuan untuk mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhan tanaman yang tidak normal. Penyulaman sebaiknya dikerjakan minimal satu bulan setelah tanam. Bibit yang digunakan untuk kegiatan penyulaman adalah bibit yang memiliki ukuran dan umur yang sama dengan bibit yang ditanam. Apabila kegiatan penanaman menggunakan bibit stek (tanam langsung), bibit yang digunakan sebaiknya bibit stump. Apabila penanaman menggunakan bibit stump, maka bibit untuk kegiatan penyulaman digunakan bibit stump bersama tanah atau bibit stump.
Apabila kematian tanaman disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, maka sebelum dilakukan kegiatan penanaman, pada lubang tanam perlu diaplikasikan pestisida.


3.1.1 Penyisipan

Penyisipan adalah kegiatan penanaman pada kebun yang telah berproduksi dengan maksud untuk meningkatkan populasi ,seperti meningkatkan populasi dari 15.000 pohon / Ha menjadi 21.000 pohon / Ha.

Kegiatan penyisipan juga dilakukan untuk mengganti tanaman yang mengalami kematian.

Bibit yang digunakan untuk kegiatan penyisipan adalah bibit stump dalam polybag atau bibit stump yang masih ada tanah dengan ukuran hampi sama dengan ukuran tanaman yang ada dan dlakukan di kebun sekitar wilayah hutan.

Metoda lain untuk kegiatan penyisipan, yaitu dengan cara layering (perunduhan) yang menggunakan salah satu cabang pohon terdekat yang ditekuk ke dalam tanam.


3.1.2 Pengguludan

Pada lahan miring, kecepatan aliran permukaan air (surface run off) lebih cepat dibanding lahan datar. Kecepatan aliran permukaan air berpengaruh langsung terhadap jumlah erosi. Sedang di lain pihak, setiap terjadinya erosi, diangkut berbagai mineral tanah yang dibutuhkan tanaman terpenuhi dan terpelihara dengan baik.
Untuk menekan laju erosi tersebut di atas, maka pada lahan miring, perlu dibuat guludan(gumukan tanah)disepanjang barisan tanaman yang sejajar garis kontur.


3.1.3 Penggemburan Tanah

Tujuan kegiatan penggemburan tanah pada tanaman murbei yaitu untuk memperbaiki aerasi tanah, sehingga proses keluar dan masuknya udara kedalam tanah akan lebih lancar.

Pada tanah gembur pergerakan akar tanaman lebih leluasa, disamping kandungan udara tanah lebih tinggi dari tanah padat. Namun demikain, kegiatan penggemburan tanah ini harus dikerjakan hati-hati, karena pada saat penggemburan tanah bisa mengakibatkan bagian-bagian tanaman seperti pada bagian akar terluka/patah.
Kegiatan penggemburan tanah, sebaiknya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan organik dan kegiatan pengguludan. Dengan cara ini, selain akan menghemat tenaga kerja, juga frekuensi pemotongan akar dilakukan secara minimal. Penggemburan tanah minimal dilakukan 1 kali dalam setahun.

Maksud dan tujuan pengendalian gulma adalah untuk mencegah persaingan antara murbei dengan tanaman pengganggu (gulma), baik yang terjadi didalam tanah (seperti dalam memperoleh hara mineral) maupun persaingan yang terjadi di atas permukaan tanah (seperti dalam memperoleh cahaya matahari untuk fotosintesis). Gambar menyajikan perbandingan produksi daun dari kebun murbei bebas gulma
Pengendalian gulma dilakukan mulai tanaman ada di persemaian hingga tanaman ada di lapangan.

3.1.4 Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada persiapan lapangan Dapat dilakukan secara manual atau secara kimia. PengendalianGulmapadtanamanmudPengendalian gulma pada tanaman muda sebaiknya dilakukan secara manual, karena pengendalian gulma secara kimia seringkali mengakibatkan kematian tanaman. Pengendalian Gulma pada tanaman dewasa Pengendalian gulma pada tanaman Dewasa dapat dilakukan secara manual dan kimia. Pengendalian secara kimia lebih ekonomis dibanding secara manual. Akan tetapi, metoda kimia dapat mematikan organisma yang terdapata dalam tanah. Karenanya, pengendalian gulma secara kimia yang terus menerus tidak dianjurkan. Sebaliknya, pengendalian gulma secara manual akan lebih baik terhadap tanah, akan tetapi cara ini kurang ekonomis. Untuk menyiasati keadaan ini kegiatan pengendalian gulma dilakukan dengan cara kombinasi, yaitu dengan cara manual dan kimia.
Frekuensi kegiatan pengendalian gulma, dilakukan tergantung kecepatan pertumbuhan gulma. Akan tetapi secara umum kegiatan pengendalian gulma dilakukan 45 hari sekali untuk Kebun Ulat Kecil, dan 80 90 hari untuk Kebun Ulat Besar.


3.1.5 Mulsa

Aktivitas / kegiatan penutupan bidang olah lahan dengan maksud untuk mengendalikan gulma, menghemat air tanah, meminimalkan laju erosi dan meminimalkan serangan penyakit disebut mulsa (mulching). Untuk pelaksanaan pemulsaan, dikenal dua bahan mulsa, yaitu mulsa organik dan mulsa sintesis. Bahan mulsa organik yang lazim digunakan adalah jerami dan gabah padi. Sedang bahan mulsa sintesis adalah plastik (vinyl mulching). Bahan mulsa organik dapat diaplikasikan pada tanaman muda dan tanaman yang telah berproduksi, sedang mulsa plastik efektif digunakan pada tanaman muda. Pengaruh mulsa terhadap produksi daun dan diameter cabang dapat dilihat pada gambar . Untuk luasan 1 Ha diperlukan jerami sebanyak 15 ton. Sedang mulsa syntesis kurang lebih sebanyak 8800 m.

3.1.6 Pemupukan

Beberapa hal yang menyebabkan tanah perlu dipupuk antara lain : tanaman tidak akan sempurna hidupnya, bila tanah kekurangan salah satu unsur mineral yang dibutuhkan tanaman. Selain itu, sifat suatu unsur perannya sangat spesifik,sehingga tidak dapat digantikan dengan unsur lainnya.

3.2 Sanitasi Ruangan Pemeliharaan

Sanitasi ruangan terdiri dari beberapa metode salah satunya yaitu desinfeksi,desinfeksi dilkukan utuk mencegah infeksi kuman penyakit pada ulat sutera.

Meskipun untuk desinfeksi membutuhkan banyak biaya,tanpa desinfeksi yang baik tidak akan dapat dihasilkan kokon yang baik ,sehingga pemeliharaan ulat sutera tidak akan memberikan hasil atau pendapatan.

Desinfeksi dilakukan 2 kali ,sebelum dan setelah pemeliharaan ulat.bila petani berkelompok ,alat penyemrot dapat digunakan bersama dan akan meningkatkan hasil desinfeksi.

Desinfeksi dilaksanakan 6-8 hari sebelum ruangan dan alat-alat di gunakan, adapun desinfektan yang digunakan yaitu:

1. Larutan formalin 2-5%

Untuk menghasilkan larutan formalin 5% dilakukan pencampuran formalin dari toko = 36% dengan air.perbandingan 1:6

2. Larutan kaporit 2-5%

Untuk menghasilkan larutan kaporit 5% dilakukan pencampuran kaporit dari toko = 60% dengan air.perbandingan 1:11

Sedangkan jumlah desinfeksi yang di semprotkan yaitu:

· Formalin 2 – 5% = 0,5 liter/m2

· Kaporit 2 – 5% = 0,5 liter/m2

3.2.1 Cara Desinfeksi Ruangan

a. Desinfeksi Pertama

· Penyemprotan ruangan yang baru saja digunakan dengan larutan kaporit 5%

· Pencucian dengan penyemprotan air

· Fumigasi dengan penguapan(bila ruangan dapat ditutup rapat)

· Formalin 36% dicampur air dengan perbandingan 1:2 untuk 30 m3 diuapkan dalam ruangan

· Formalin tablet 5 gram + 10 gram belerang di bakar untuk 1 m3 ruangan.

3.2.2 Cara Desinfeksi Alat-Alat Pemeliharaan

· Desinfeksi peralatan dari kayu ,bamboo dan plastic dilakukan perendaman dalam larutan desinfektan.

· Pengeringan peralatan pemeliharaan dengan sinar matahari

· Kertas paraffin dan kertas alas desinfeksi dan disimpan .bila kertas-kertas tersebut merupakan kertas bekas pemeliharaan dimana banyak ulat yang sakit,kertas tersebut agar dibakar.

3.2.3 desinfeksi lingkungan sekitar ruangan pemeliharaan.

· Penyemprotan dengan larutan kaporit 5%

Untuk mencegah terjadinya infeksi kuman penyakit,diluar ruangan pemeliharaan ulat selalu disediakan larutan formalai atau kaporit 1% untuk mencuci tangan para petugas pemelihara sebelum bekerja didalam ruangan,larutan pencuci diusahakan diganti setiap hari,di luar ruangan di sediakan keset yang dibasahi larutan formalin 2%,setiap yang akan masuk ke dalam ruangan harus menggunakan sandal khusus yang telah di sediakan didalam ruangan ulat,setelah selesai bekerja,setiap hari ruangan ulat dan teras luar dibersihkan dan dipel dengan larutan formalin 2%.

3.2.4 Menghindarkan Ulat Dari Serangan Hama

· Dari tikus

Sebelum pemeliharaan dilakukan ,di pasang “racumin “agar nantinya ulat tidak diserang tikus,menutup pintusetiap selesai melakukan kegiatan di ruang pemeliharaan seperti pemberian makan dan pembersihan,

· Dari semut

Melilitkan kain pada kaki rak ,kemudian diberi sedikit solar dan kaki rak direndam dalam mangkok- mangkok kecil yang terbuat dari plastic dan di isi air.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kegiatan sanitasi pada pemeliharaan ulat sutera sangat penting sekali dilakukan karena kegiatan tersebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemeliharaan,apabila sanitasinya baik dan tekendali maka hasil dari pemeliharaan akan baik pula tetapi sebaliknya apabila sanitasi ruangan dan kebun kurang di perhatikan maka hasil yang di dapat tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan.

4.2 Saran

Dalam pemelihaan ulat sutera harus diperhatikankebersihan lingkungan dan ruang pemeliharaan karena sangat berpengaruh pada kondisi ulat sutera.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1985.Proyek Pengembangan Persuteraan Alam Indonesia, Buku Pelengkap Audio Visual.Japan Internasional Cooperation

Brasla,Ana;A Matei.1997.Pemeliharaan Ulat Sutera, Produksi Telur, Dan Pemeliharaan ulat sutera.Laporan pelatihan (Tidak di Publikasikan).Perum Perhutani Jawa Tengah.

Rabu, 21 Oktober 2009

bombyx mori L.

Ulat sutra
Silkworms3000px.jpg
Status konservasi
Dijinakkan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Lepidoptera
Famili: Bombycidae
Genus: Bombyx
Spesies: B. mori
Nama binomial
Bombyx mori


Ulat sutra atau ulat sutera (Bombyx mori: "ulat sutra pohon murbei") adalah larva kupu-kupu yang memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai penghasil serat/benang sutra. Makanan ulat sutra hanyalah daun murbei (Morus alba). Ia berasal dari utara Tiongkok.

Telur ulat sutra membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menetas. Ulat sutra menghasilkan kepompong sutra mentah, yang setelah dipintal bisa menghasilkan benang sutra sepanjang 300 hingga 900 meter per kepompong. Seratnya berdiameter sekitar 10 mikrometer.

Sebagaimana umumnya larva/ulat, ulat sutra sangat rakus; makan sepanjang siang dan malam sehingga tumbuh dengan cepat. Apabila warna kepalanya sudah menjadi semakin gelap, ulat sutra akan segera berganti kulit/cangkang. Dalam hidupnya, ulat sutra mengalami empat kali ganti kulit, hingga berwarna kekuningan dan lebih ketat, yang menjadi tanda akan segera membungkus diri dengan kepompong.

Sebelum ulat sutra menjadi matang dan keluar dari kepompongnya (kepompong digigiti hingga rusak dan tidak bernilai ekonomi), kepompong tersebut kemudian direbus untuk membunuh ulat sutra dan memudahkan penguraian seratnya. Adapun kupu-kupu dewasa yang dipelihara untuk bibit ulat sutra tidak bisa terbang.

Karena sejarahnya yang panjang dan nilai ekonominya yang tinggi, genom ulat sutra menjadi salah satu objek penelitian ilmiah.

Sejarah

Di Tiongkok kuna, terdapat legenda bahwa sutra yang didapati dari ulat sutra dilihat oleh Ratu Xi Ling-Shi (Hanzi: 嫘祖, pinyin: Léi Zǔ). Ia sedang bertamasya ketika ia melihat kepompong ulat sutra. Lalu digunakanlah jarinya untuk menyentuhnya, dan menakjubkan, selembar benang terkeluar! Apabila semakin banyak keluar dan membaluti disekeliling jarinya, dia perlahan-lahan merasa panas. Apabila sutera itu habis, dia melihat kepompong kecil. Dengan serta merta, sang ratu menyadari bahawa kepompong itu merupakan sumber sutra. Dia lalu bercerita kepada semua orang dan hal ini menjadi dikenal secara luas. Selain legenda ini, terdapat banyak legenda lain mengenai ulat sutra.

Manfaat medis

Ulat sutra yang digunakan untuk pengobatan tradisional China adalah "Bombyx batryticatus" atau "ulat sutra kaku" (Hanzi sederhana:僵蚕, tradisional: 僵蠶 pinyin: āngcán). Ia adalah larva kering 4–5th yang mati akibat penyakit muskadin putih disebabkan oleh jamur Beauveria bassiana, dimanfaatkan untuk mengobati masuk angin, mencairkan dahak dan meringankan kejang-kejang.

Makanan

Ulat sutra dikonsumsi di sejumlah kebudayaan. Di Korea, ulat sutra yang direbus sertadibumbui merupakan makanan ringan yang populer dan dikenal sebagai beondegi. Di China, sejumlah pedagang jalanan menjual ulat sutra yang dipanggang



about cocon

SOBAT percil hafal lagu pendek di atas? Tahukah sobat percil jika lagu tersebut adalah sebuah rangkaian metamorfosis (proses perubahan bentuk) dari ulat menjadi kupu-kupu? Tetapi nyanyian tadi biasanya digunakankan untuk mengejek teman kan? Nah, daripada mengejek teman, lebih baik ikut berpetualang ke tempat ulat sutra yuk, seperti yang dilakukan oleh teman-teman kita dari klub Planet Sains.

Hari Minggu lalu (29/6), 56 orang teman kita mengikuti petualangan seru mengenal ulat sutra di wisata alam Padepokan Dayang Sumbi, Jalan Arcamanik, Desa Pamoyanan Kec. Cimenyan Kab. Bandung. Ternyata, ulat sutra itu banyak manfaatnya bagi manusia. Mulai dari kokon (kepompong) sampai kotorannya pun ada gunanya.

Sobat percil tahu kan kain sutra? Kalau tidak, coba tanya bunda, pasti mereka mengenal jenis kain sutra. Kain yang halus dan lembut itu dihasilkan oleh "muntahan" ulat sutra selama dua hari satu malam. Muntahan ini kemudian akan membungkus badan ulat menjadi sebuah kokon atau kepompong. Kokon ini amat berjasa bagi para perajin sutra. Dari kokon inilah benang sutra dipintal lalu ditenun menjadi kain.

Banyak orang yang tidak mau dekat-dekat dengan hewan kecil ini. Contohnya Viara, salah seorang peserta wisata alam. Padahal Viara badannya lebih besar dari ulat dan juga sudah duduk di kelas 2 SMP namun tetap saja jijik dengan ulat. "Habisnya geli dan takut aja kalo mau dekat-dekat," ujarnya sedikit ketakutan.

Hmm, sobat Percil, ulat sutra itu tidak berbahaya lho! Badannya saja tidak memiliki rambut-rambut halus (bulu) yang biasanya membuat gatal seperti ulat lainnya. Terlebih nama latin ulat ini terdengar lucu, Bombyx mori. Itu sesuai dengan bentuk badannya yang gemuk, lebih menarik lagi jika si ulat sedang menggeliat-geliatseperti yang ingin dimanja. Bahkan menurut pemilik padepokan, Pak Dedi, ada juga orang yang sengaja mencari ulat ini untuk dipelihara.

Ulat sutra yang dikembangbiakkan di padepokan ini berasal dari ras Jepang. "Cirinya adalah, ada dua tato khas di bagian anterior (kepala)," kata Pak Dedi. Satu kokon ulat sutra ras Jepang dapat menghasilkan benang sutra sepanjang 1.600 meter. Selain itu, ulat ini memiliki kamuflase pertahanan diri berupa sepasang organ yang mirip mata dan sebuah antena runcing di bagian ekornya. Mata dan mulut ulat yang sebenarnya berbentuk sangat kecil hingga tak bisa langsung terlihat. Antena runcing itu hanya tipuan sebab bertekstur lembut sehingga tidak membahayakan. Kedua alat pertahanan itu digunakan ulat untuk bertahan dari serangan mangsa.

Seorang peserta dari Jakarta, Abi berkata, "Sebelumnya aku takut sama ulat. Enggak berani nyentuh, tapi setelah liat ulat sutra, aku sekarang berani megang." Saking senangnya sudah tak takut lagi dengan ulat, Abi bahkan sampai mencium-cium badan ulat. Wah, Abi berlebihan ya? Sobat percil lainnya tidak usah mengikuti seperti Abi, karena ulat sutra kan tidak pernah mandi jadi pasti banyak kumannya.

Setiap kali membiakkan, Pak Dedi menaruh 25.000 butir telur ulat di dalam sebuah ruangan khusus. Telur ulat sutra kecil sekali, berukuran sekitar 0,4 cm. Setelah 10-12 hari, telur-telur itu akan menetas menjadi ulat kecil. Badan ulat ini akan semakin besar dalam lima tahap sebelum kulitnya berubah transparan untuk membuat kokon.

Kelima tahapan ini digunakan ulat sutra untuk makan sebanyak-banyaknya. Ternyata ulat sutra makannya banyak lho! dalam satu hari, Pak Dedi membutuhkan 18 karung daun murbei untuk memberi makan ulat-ulat sutranya. Ulat sutra ini juga hanya mau makan daun murbei, makanan lainnya dia tidak mau. Meski makannya banyak, ketika membuat kokon ulat sutra sama sekali tidak makan alias berpuasa. Kokon itu berisi ulat yang sedang berubah menjadi pupa, 11 hari kemudian pupa menjadi kupu-kupu.

Nah, jika ingin memintal benang sutra, kokon jangan sampai dibiarkan hingga keluar kupu-kupu dari dalamnya. Kokon yang sudah keluar kupu-kupu tidak akan bagus lagi untuk dibuat benang. "Karena akan membuat benangnya terputus-putus," kata Pak Dedi.

Kokon yang sudah dipilih lalu direbus 5-10 menit untuk melunturkan zat perekat kokon. Setelah itu, ambil ujung benang yg melilit kokon lalu taruh di sebuah mesin pemintal. Setelah dipintal, benang digulung sambil dikeringkan, kemudian dikemas untuk dijual.

Jika tidak untuk dijual, benang lalu ditaruh di alat tenun untuk membuat kain sutra. Prosesnya memang rumit sobat Percil, tapi tidak sia-sia karena kain sutra bisa berharga sangat mahal.

Nah, selain benang sutra, manfaat yang diberikan ulat ini adalah pupanya dibuat hiasan, biasanya dicampur dengan resin. Lalu, selaput kokonnya dibuat kertas sutra sedangkan kotorannya oleh orang-orang sekitar biasa digunakan sebagai obat jerawat.

Selain melihat proses pembuatan kain sutra, teman-teman kita dari Planet Sains juga melakukan kegiatan outbound lainnya, seperti menangkap serangga dengan menggunakan insect net, bermain dengan kelinci, membuat prakarya dari kokon, lomba menangkap ikan, eksperimen sains sederhana, dan membuat resin atau awetan serangga.

"Aku senang sekali bisa ikutan ke sini. Seru! Waktu nangkep serangga sih susah, tapi aku dibantu Kak Fitria jadi akhirnya aku dapet serangga deh," kata Zahra (10) yang berasal dari SD Global Jakarta kelas 4. Ternyata, peserta petualangan seru kali itu juga diikuti oleh banyak peserta dari luar Bandung. "Kebanyakan sih dari Jakarta, tapi ada juga yang dari Balikpapan bahkan Riau," ujar Kak Fitria, pembimbing petualangan dari Planet Sains.

Itu tadi cerita Zahra yang baru pertama kali ikut acara Planet Sains. Lain lagi dengan Fero (7). Fero masih didampingi orang tuanya. Menurut Kak Fitria, sebaiknya jika ikut acara seperti ini tidak usah bersama orang tua. Karena kegiatan seperti ini akan menguji kemandirian sobat percil semua. Bahkan peserta termuda, Fikri dan Jasmine, sudah berani sendiri.,

Nah sobat percil, sekarang kan sedang liburan. Jika sobat Percil sudah bosan berlibur ke mal atau main PS2 di rumah, ada baiknya sobat percil mengikuti kegiatan seperti ini. Selain seru, kegiatan ini juga bermanfaat banyak karena menambah pengetahuan tentang ilmu alam. (Kak Eva)***

ulat sutera bombyx mori L.

Oleh: yusup saepudin, mahasiswa polije street

Ulatsutra

Tidak saya lupakan. Pada suatu siang pulang sekolah, dengan membawa sekeranjang daun murbei, saya mendapatkan puluhan ulat sutera yang dipelihara dengan penuh kasih dan harapan, mati bergelimpangan, di kerumuni beribu-ribu semut. Ya ampun! malapetaka apakah yang lebih menyedihkan seorang murid kelas 5 Sekolah dasar, selain kematian hewan-hewan piaraan yang begitu di sayang?

Lagipula, ulat sutera murbei Bombyx mori itu sudha memberikan harapan akan menghasilkan kokon warna-warni. Bukan hanya kuning (seperti umumnya); tapi juga biru, hijau muda, putih, orange dan ungu. Sekarang Sebagian besar mati, mengenaskan, di mangsa ribuan semut. Itulah hama nomor satu bagi petani ulat sutera, selain tikus, burung, dan cecak.

Belum ada petunjuk bahwa untuk memelihara ulat sutera perlu rumah yang bersih, disemprot formalin dan desinfektan. Kelembabannya pun harus di jaga dengan karung-karung basah, dan seterusnya. Balai benih dan pusat-pusat pelayanan pengembangan ulat sutera belum menjamur seperti sekarang.

Sekarang, pemeliharaan ulat sutera sudah berkembang di mana-mana. Kalau kita baca di situs BDSP (Business Development Service Provider), di kabupaten Bogor, Ciamis, Tasikmalaya, dan seputarnya saja puluhan lembaga berurusan dengan ulat sutera. Ada koperasi petani pengrajin Ulat sutera (Koppus) Sabilulungan. Ada pengerajin sutera Priyangan, Persuteraan Cibeureum, dan puluhan lagi. Semua berdedikasi tinggi. Ada yang baru aktif setelah 2000-an, namun ada yang berpengalaman sejak 1970-an.

Bahkan ada yang lebih berpengalaman lagi, seperti industri sutera alam yang di pelopori oleh Aman Sahuri, di Garut sejak 1961. Sekarang usaha itu berkembang, menampung lebih dari seratus karyawan dan menghasilkan sekitar 5.000 meter kain sutera dalam sebulan. Tanpa di dukum petani yang ulet dan berproduksi rutin, mustahil perusahaan dengan peralatan yang cukup lengkap itu bisa memasok produknya ke Bandung, Jakarta, bahkan Bali. Jangan lupa, ia hanya salah satu di antara hampir seratus lembaga yang terkait dengan persuteraan di Indonesia.

Di daerah-daerah beriklim lembab, termasuk Temanggung (Jawa Tengah), Soppeng dan Bili-bili (Sulawesi Selatan) terkenal sebagai penghasil ulat sutera sampai sekarang. Sejarah menunjukkan, sudha lama ulat sutera tidak hanya penting bagi perekonomian negara besar (India, China, Jepang) tapi juga petani kecil di pedesaan.

Berapa nilai ekonomi satu kilogram sutera mentah? harga normal berkisar antara Rp. 25.000 sampai Rp.30.000. Nanun kalau anjlok bisa tinggal Rp. 17.500. Itu terjadi akibat serangan virus pebrine, yang membuat peternakan ulat sutera di bandung terpuruk awal 2005. Akibatnya? industri sutera di Jawa Barat jadi semakin tergantung pada baha mentah dari China. Harga benang sutera olahan impor bisa Rp. 310.000,- per kg, sednagkan benang sutera olahan kepompong lokal hanya Rp. 240.000,-.

Meskipun begitu, cukup menggiurkan petani. Hitung saja, dengan modal 1 box berisi 25.000 telor benih berharga Rp. 60.000,- dalam waktu 25-32 hari petni dapat memanen hingga 20 kg kopompong sutera mentah. Tidak perlu lahan luas, cukup 20-50 meter persegi. Pakan yang diperlukan sekitar 700 kg daun murbei segar. Bila pemeliharaannya baik, menurut Rudi Wahyudin, pakar agrotek dari Institut Pertanian Bogor (IPB), panen bisa di tingkatkan hingga 40 kg. Tergantung pada bibit, pakan, cuaca, dan konstruksi rumahnya.

Nah, rumah untuk inilah yag perlu modal. Satu rumah ulat idealnya perlu biaya Rp. 20 juta.

Padahal peternakan ulat sutera sesungguhnya multiguna. Ia bisa berfungsi ekologis- melestarikan alam dan industri ramah lingkungan. Bisa juga bernilai ekonomis dan sekaligus susio-kultural. Kain sutera membuka kegiatan sosial bernilai budaya tinggi dan berdampak langsung pada kesehatan. Serat sutera bersifat higroskopis, menghalangi terpaan sinar ultraviolet, menjaga kekenyalan kulit, dapat di manfaatkan sebagai bahan kosmetik maupun industri pengobatan.

TEH MURBEI DAN EKOLOGI

Penulis diktat Budidaya Ulat Sutera, Mien Kaomini, mengingatkan, perkebunan murbei juga memberikan produk sampingan yang bernilai ekonomi maupun ekologi. Pertama murbei mengandung banyak bioaktif sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif berupa teh daun murbei. Kedua: buahnya dapat dikonsumsi. Sedangkan ketiga: batangnya dapat digunakan untuk media bertanam jamur. Menurut aktifis Kelompok Peneliti Persuteraan dari Bogor itu, limbah peternakan sutera dapat di proses menjadi hasil ikutan antara lain klorofil dari kotoran ulat, serbuk larva, protein pupa, serbuk sutera.

Jadi produk utama adalah daun, buah dan kayu murbei. Di Nepal, pemerintah mendistribusikan bibit murbei sebagi langkah pertama untuk mengembangkan industri sutera. Dalam tahun 2004; misalnya, tak kurang dari satu juta bibit murbei dibagikan di seluruh negeri, guna mengejar target produksi 6.000 kg kokon atau kepompong. Para petani di lereng Himalaya itu percaya bahwa budidaya ulat sutera sangat cocok di lahan-lahan terjal. Jangan heran kalau 180 petani dengan 9 perkebunan murbei dapat menghasilkan 600 kg sutera mentah dalam setahun.

Thailand juga menggunakan perkebunan dan penenunan sutera rakyat sebagai atraksi pariwisata. Pada akhir november hingga awal desember biasa diadakan festival sutera di desa-desa yang menghasilkan kepompong. Begitu juga di Vietnam. Peternakan ulat sutera relatif tidak memerlukan tempat luas. Kandang ulat yang memerlukan lembar-lembar bambu dapat disusun. Wisatawan bisa menikmati mulai dari pemeliharaans ampai proses produksi, pemintalan benang dan penenunan kainnya.

Masalahnya di Indonesia, lahan murbei belum cukup tersedia, bibit ulat sutera sudah melimpah. Akibatnya ulat menetas dan kurang pakan. Satiap satu boks telur ulat, paling sedikit perlu 50 meter persegi kebun murbei. Dan itu harus ditanam dulu. Kalau ulat kurnag pakan, lama sekali baru mau bikin kepompong. Yang biasanya 25 hari sudah memintal benang kepompong, bisa jadi 40 hari. Hasilnya pun tipis dan tidak optimal. Jadi, kebun murbei perlu di kembangkan, sekaligus sebagai sarana penghijauan ditebing-tebing sungai. Itulah yang membuat industri ulat sutera di Temanggung berjalan kencang.

Pohon murbei yang bernama latin Morus alba L dan Mandarin, Sang ye, tidak hanya disukai ulat sutera, tapi juga bermanfaat bagi manusia. Daun mudanya enak di sayur, berkhasiat menurunkan tekanan darah tinggi, memperbanyak susu ibu, membuat pengelihatan lebih terang, dan meluruhkan kentut. Buahnya, dalam bahasa mandarin disebut sang shen, bermanfaat untuk memperkuat ginjal dan meningkatkan sirkulasi darah. Paling praktis, buah murbei adalah pencahar, untuk menghilangkan sembelit dan mengatasi gangguan pencernaan. Di Tiongkok, orang percaya buah murbei dapat mempertajam pendengaran.

Kulit pohon murbei juga biasa di jadikan obat. Nama China-nya sang pei pi, dapat mengobati penyakit asma, sesak nafas, muka bengkak dan batuk. Begitu menurut Sinshe Chang, yang membuka toko obat tradisional di Pekalongan, purwokerto, Tegal, dan beberapa kota lain di Jawa Tengah. Ia juga memberikan resep, daun murbei dapat di pakai sebagai obat kalau digigit serangga, atau di tumbuk halus, dipopokkan pada luka. Akarnya bisa direbus sebagai penawar demam.

Di Jawa Tengah, pohon murbei, banyak ditanam di Temanggung dan Jepara. Tingginya, maksimal bisa mencapai 9 meter. Bagi banyak orang tanaman dari Tiongkok ini bisa tampak sebagai perdu, semak-semak atau sekedar pagar. Namun, di Ithaca, New York, Amerika Serikat, saya pernah melihat dan memanjat pohon murbei yang sudah berumur 150-an tahun. Mulberry itu tidak terlalu tinggi, tapi pokoknya hampir sebesar pelukan orang dewasa. Buahnya banyak sekali. Pemiliknya seorang Indonesianis terkemuka, Benedict Anderson!

Pohon itu memberi inspirasi bahwa kalau di pelihara dengan baik dan tidak di tebang, murbei pun bisa besar dan indah. Namun demikian, dalam pengembangan pohon murbei harus di perhatikan faktor ekologinya.

Potensi industri ulat sutera sebenarnya besar. Apalagi jika menyangkut budidaya selendang sutera, batik sutera, benang sutera dan lain-lain, yang pengerajinnya meluas di berbagai pedesaan.

Murbei mungkin tidak pernah menjadi primadona seperti pohon buah merah yang berkibar sebagai berita. Namun, potensinya sebagai bahan farmasi, tidka boleh diabaikan. Demikian juga buahnya, terutama produk sampingannya: ulatsutera. Kalau saja produksi kain sutera mencukupi, harga kain batik dan baju bodo pun tidak perlu melambung tinggi dan sukar di dapat.